Saat ini keberadaan SPG seperti sudah menjadi sebuah standar untuk memasarkan produk atau jasa. Hal ini dapat dilihat di mall, supermarket, apotek, toko obat, pameran, pasar, SPBU, bahkan di tepi jalan, dimanapun ada aktivitas promosi hampir dapat dipastikan SPG selalu hadir.
Sebenarnya seberapa pentingkah keberadaan SPG ini? Dalam judul sangaja kami tulis ‘(Seberapa) pentingkah SPG?’ karena bisa jadi diantara Anda sekalian ada yang masih mempertanyakan ‘Apakah keberadaan SPG penting?’ dan ada juga yang mempertanyakan ‘Keberadaan SPG memang penting, namun seberapa penting?’
Untuk memperjelas marilah kita menyamakan persepsi dulu tentang terminologi SPG dalam tulisan ini. SPG merupakan singkatan Sales Promotion Girl (kalau laki-laki bolehlah disebut Sales Promotion Guy) yang bila diterjemahkan secara bebas berarti perempuan/laki-laki yang bertugas mempromosikan (meningkatkan) penjualan.
Dapat pula diartikan sebagai perempuan/laki-laki yang bertugas untuk berpromosi dan menjual. Kata penjualan atau menjual melekat pada profesi SPG karena fungsi keberadaan mereka adalah untuk membantu perusahaan mengembangkan bisnis, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Bila dirunut lebih lanjut, salah satu ukuran sebuah perusahaan atau bisnis berkembang adalah meningkatnya profit atau keuntungan. Keuntungan didapat dari selisih pemasukan dan pengeluaran. Salah satu cara meningkatkan pemasukan adalah meningkatkan penjualan.
Peningkatan penjualan dapat diperoleh dari customer yang sudah ada maupun menambah customer-customer baru. Customer baru dapat diperoleh jika mereka cukup tertarik dan yakin dengan produk dan jasa yang ditawarkan. Nah, disinilah peran penting SPG, untuk membuat calon customer tertarik dan yakin dengan kualitas produk dan jasa yang ditawarkan melalui komunikasi dan edukasi yang disampaikan.
Bagaimana dengan iklan di TV, radio, papan reklame, internet dan sebagainya?
Memang iklan diperlukan untuk memberikan informasi atau mengingatkan tentang keberadaan sebuah produk/jasa, membangun image atau citra, dan mendorong calon customer untuk mengambil tindakan atas sebuah promosi produk/jasa. Namun ada beberapa tantangan yang harus dihadapi iklan tersebut, misalnya harga, daya ingat otak dan remote control.
Mengapa harga menjadi tantangan? Ya, dengan semakin banyaknya produk/jasa yang berusaha untuk dikenal melalui iklan sementara kapasitas penempatan iklan justru terbatas, maka harga iklan akan semakin mahal. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran.
Lalu apa hubungannya dengan daya ingat otak? Ya, tentu saja berhubungan. Otak manusia mempunyai kamampuan untuk memproses antara 5 sampai 9 informasi dalam waktu yang bersamaan, dengan rata-rata 7 informasi. Informasi yang diterima indera manusia sangat banyak jumlahnya, terdiri dari suara-suara lingkungan sekitar, gambaran suatu obyek, suhu, sentuhan dan sebagainya. Informasi yang tidak terlalu penting akan disisihkan oleh sebuah mekanisme filter atau penyaring agar otak manusia tidak overload oleh informasi-informasi tersebut.
Dengan adanya mekanisme filter dalam otak manusia, sangat wajar jika informasi yang dirasa tidak terlalu penting dan dibutuhkan saat itu ‘seperti dilupakan’ sampai ada ‘pemicu’ yang memerintahkan otak untuk mengingat kembali informasi tersebut. Informasi yang difilter ini tentu saja termasuk iklan produk/jasa yang didengar, dilihat oleh calon customer.
Berkaitan dengan iklan yang dilihat calon customer, salah satunya adalah iklan melalui televisi. Saat ini semua televisi yang diproduksi selalu dilengkapi remote control. Mengapa kita jadi membahas alat pengendali kecil yang mempunyai banyak tombol ini? Ya, karena ada kecenderungan pemirsa televisi memindahkan channel saat jeda iklan. Ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi produk/jasa yang beriklan.
Mari kita menggunakan ilustrasi calon customer yang akan berbelanja ke supermarket. Sebelum berangkat, di rumah dia sempat melihat sekilas iklan sebuah produk sebelum akhirnya mengambil remote control dan mengganti channel televisi. Saat mengemudi mobil, dia sempat mendengar iklan yang dibacakan oleh penyiar radio kesayangannya, berisi informasi produk yang sama. Sampai di depan supermarket dia melihat banner/spanduk yang menginformasikan promosi produk yang iklannya sudah dia lihat di tv dan dengar di radio. Setelah masuk dan meyusuri lorong-lorong supermarket, dia bertemu dengan SPG kompetitor produk yang sudah dia lihat dan dengar iklannya. SPG tersebut begitu bersahabat, mampu berkomunikasi dengan baik dan menyakinkan, menguasai product knowledge dengan benar. Akhirnya calon customer tersebut menentukan pilihan kepada produk kompetitor.
Keputusan membeli memang dapat dikatakan terjadi di toko. Disini semakin terlihat pentingnya peran SPG, untuk membantu calon customer mengambil keputusan pembelian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar